HEADLINE: Gebrakan Infrastruktur Jokowi Setelah 72 Tahun Merdeka
Judul : HEADLINE: Gebrakan Infrastruktur Jokowi Setelah 72 Tahun Merdeka
link : HEADLINE: Gebrakan Infrastruktur Jokowi Setelah 72 Tahun Merdeka
HEADLINE: Gebrakan Infrastruktur Jokowi Setelah 72 Tahun Merdeka
:strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1516852/original/008681900_1487833598-20170223-jokowi-tinjau-MRT-AY1.jpg)
Selain untuk mengurangi disparitas, proyek infrastruktur oleh Jokowi juga untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Contohnya Program Sejuta Rumah. Untuk diketahui, pasokan rumah yang tak sebanding dengan kebutuhan (backlog) membuat pemerintah mengeluarkan program Sejuta Rumah. Program ini resmi dirilis pada 29 April 2015.
Program Sejuta Rumah dicanangkan sebagai wujud implementasi Nawacita dan Proyek Strategis Nasional. Melalui program ini diharapkan backlog rumah di Indonesia berkurang dari 7,6 juta unit menjadi 5,4 juta unit pada 2019.
Dalam program Sejuta Rumah, upaya penyediaan perumahan bukan hanya dilakukan dengan kebijakan program kepemilikan rumah, tetapi juga dalam skim kepenghunian, sehingga program rumah sewa, rumah khusus dan rumah swadaya juga menjadi prioritas.
Adapun sampai Juli, rumah yang udah terbangun 499.770 unit. Sebelumnya, kurun 2015-2016, rumah yang sudah terbangun sekitar 1,5 juta rumah. Dalam Renstra, kebutuhan dana untuk program ini mencapai Rp 184 triliun. Selain papan, pemerintah juga memenuhi kebutuhan dasar pangan. Namun, hal itu dilakukan bukan dengan langsung memberikan bahan pangan, tetapi dengan membangun infrastruktur. Misalnya, dengan membangun Waduk Jatigede yang merupakan waduk terbesar kedua di Asia Tenggara.
Pembangunan waduk yang berada di Sumedang, Jawa Barat ini ternyata telah dirancang sejak zaman Hindia Belanda. Menelan biaya US$ 467 juta, waduk ini selesai dibangun pada Agustus 2015. Namun, baru beroperasi penuh pada April 2017.
Kehadiran Waduk Jatigede sangat diharapkan masyarakat khususnya di Pantura Jawa seperti Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Sumedang. Waduk tersebut berperan sebagai irigasi, pengendali banjir, pembangkit listrik, dan air baku masyarakat lantaran ketersediaan air di hilir DAS Cimanuk semakin langka pada saat musim kemarau tiba.
:strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1559215/original/078738000_1491484204-20170406--PLTA-Jatigede--Jawa-Barat--Immanuel-Antonius-06.jpg)
Tak hanya itu, di Waduk Jatigede juga tengah dibangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) berkapasitas 110 megawatt yang akan selesai pada 2019. Saat ini pemerintah daerah setempat tengah mengkaji potensi waduk ini sebagai destinasi wisata kelas dunia.
Kelistrikan juga dianggap sebagai kebutuhan dasar oleh pemerintah. Maka tak heran jika pemerintah menelurkan proyek 35 ribu MW. Salah satu proyek yang terbesar yaitu PLTU Batang, Jawa Tengah.
Dibangun dengan kapasitas 2x1.000 MW, Pembangkit listrik tenaga uap ultra critical ini disebut-sebut PLTU terbesar di ASEAN.
Proyek senilai Rp 40 triliun tersebut, yang digagas di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sempat mangkrak akibat kendala pembebasan lahan. Hal ini membuat pembangkit yang harusnya mulai dibangun 2010, baru bisa dilaksanakan pembangunannya di era Jokowi. Pada 28 Agustus 2015, Jokowi melakukan ground breaking dan menargetkan proyek ini selesai pada 2020.
Sumber: liputan6.com
Demikianlah Artikel HEADLINE: Gebrakan Infrastruktur Jokowi Setelah 72 Tahun Merdeka
Anda sekarang membaca artikel HEADLINE: Gebrakan Infrastruktur Jokowi Setelah 72 Tahun Merdeka dengan alamat link http://petuahmuda.blogspot.com/2017/08/headline-gebrakan-infrastruktur-jokowi.html
Post a Comment