Jakarta Menuju Naik Kelas Dalam Bertransportasi
Judul : Jakarta Menuju Naik Kelas Dalam Bertransportasi
link : Jakarta Menuju Naik Kelas Dalam Bertransportasi
Jakarta Menuju Naik Kelas Dalam Bertransportasi
Dirut PT MRT Jakarta William Sabandar
(Dery Ridwansyah/Jawa Pos)
JawaPos.com – Dua tahun mendatang Jakarta bakal memiliki moda transportasi massal baru. Moda itu tidak sekadar untuk pilihan baru bagi warga ibu kota untuk melakukan perjalanan, tapi bakal menjadi momentum perubahan baru.
Kehadiran mass rapid transit (MRT) saat awal untuk perubahan lifestyle warga kota. Mulai membiasakan meninggalkan kendaraan pribadi untuk perjalanan, menuntut kesabaran dan kepastian waktu.
Sejak dibangun pada 2013 lalu, MRT Jakarta kini progres kerjanya sudah hampir 76 persen. Lantas seperti apa pembangunan tulang punggung transportasi massal tersebut? Berikut petikan wawancara wartawan JawaPos.com dengan Direktur Utama (Dirut) PT MRT Jakarta William Sabandar.
Sejauh mana progres pekerjaan MRT?
Sekarang sudah angka 76 persen. Koridor satu terdiri dari dua lini besar, underground (bawah tanah) dan elevated (layang). Untuk sisi underground 88 persen, yang elevated 68 persen. Totalnya 76 persen.
Dengan progres sampai sekarang ini, apakah target operasional MRT akhir tahun 2018 bakal tercapai?
Dari awal kontrak itu memang operasional Maret 2019. Konstruksinya akan upayakan selesai pada akhir 2018. Setelah konstruksi selesai akan dilanjutkan persiapan kereta.
Kereta datang mulai awal tahun depan (2018). nanti setelah kereta datang akan dilakukan proses integrasi. Sehingga dari Desember 2018 sampai Februari 2019 dilakukan proses ujicoba. Baru Maret kita bisa starting.
Seperti apa uji cobanya?
Pengoperasian MRT ini nanti bukan di atas kereta. Perjalanan kereta itu akan dikontrol dari Control Room (CR). Kalau kereta tradisional itu kan pakai masinis, ini pakai masinis juga, tetapi pilotnya ada di sana (CR). Fungsinya masinis itu lebih pada untuk membuka pintu dan mengoperasikan kereta kalau ada emergency.
Jarak perjalanan kereta ini pendek-pendek. Istilahnya Communicaton-Based Train Control (CBTC) bukan Moving Block System. Kalau di kereta itu moving block, lewat satu bagian, baru ada kereta. Ini harus diintegrasikan jadi sistem komunikasinya dengan sistem lainnya karena ini pakai listrik.
Itulah yang dimaksud dengan integrasi. Memastikan seluruh fully system, jadi automatic. Jadi kereta kan berhentinya harus di tempat yang pas, karena kan kontrolnya dari sana (CR) bukan dari sini (kereta).
Model rolling stcok apakah sudah sesuai dengan keinginan Pemprov DKI Jakarta selaku owner PT MRT Jakarta?
Iya sebenarnya waktu itu secara teknis sudah selesai. Rolling stock kami (MRT Jakarta) memperhitungkan faktor keindahan dan teknis. Kedua aspek itu diakomodir. Model yang didapatkan PT MRT Jakarta nanti merupakan hasil akomodasi masukan dari sdejumlah lembaga termasuk pemerintah daerah tapi tidak mengorbankan faktor-faktir teknis rolling stock. Jadi soal rolling stock sudah final dan tinggal produksi.
Sejauh ini kendala dalam pekerjaan MRT apa saja?
Untuk seksi elevated, kami memang masih punya masalah pembebasan lahan di jalan Fatmawati. Namun semua itu sudah diatasi sebagian pada tahun lalu (2016). Kami menyisakan beberapa bidang lahan lagi di tahun ini di Stasiun Haji Nawi, yang tinggal menunggu keputusan pengadilan. Kalau itu bisa selesai dieksekusi, maka praktis tidak ada kendala teknis lagi. Itu yang kita jaga betul agar sesuai dengan schedule.
Bila MRT nanti telah beroperasi gedung mana saja yg sudah terintegrasi dengan stasiun?
Sudah menandatangani MoU untuk properties. Tapi kami sedang menunggu peraturan menteri terkait TOD (Transit Oriented Development) agar nanti bisa terjadi integrasi. Sebab lintasan yang dilewati MRT merupakan kawasan nasional. Tapi kita sudah MoU dan sudah mulai melakukan perencanaan.
Bagaimana bentuk MoU-nya?
Baru dalam bentuk penukaran informasi. Pihak propertis butuh apa, dan apa yang dibutuhkan MRT. Hal seperti itu masih baru dicatat. Kalau sekarang kan belum di-define begitu. Kan nanti udah itu pendekatannya bisnis.
Untuk halte busway yang terintegrasi itu dimana saja?
Ada lima, Bundaran HI, Dukuh Atas, Sisingamaharaja, Blok M, dan Lebak Bulus. Nah ke depan kami lihat lagi apakah ada stasiun lain yang bisa terintegrasi. Tapi yang sekarang ini kalau kita lihat jalur yang memungkinkan. Di lima titik itu stasiun transjakarta sudah melekat dengan stasiun MRT.
Apa yang bikin bersemangat bahwa ini bisa menjadi solusi bagi Jakarta?
Iya (MRT) ini adalah sesuatu yang baru. Kita (publik Jakarta) naik kelas dalam urusan bertransportasi. Ini adalah transportasi massa yang menawarkan ketepatan waktu, kenyamanan. Jadi harapan kita sebenarnya bagaimana masyarakat nantinya bisa memanfaatkan dan mengapresiasi khususnya masyarakat yang selama ini menggunakan transportasi pribadi.
Harapan saya ini juga dimanfaatkan untuk investasi yang mahal milik masyarakat Jakarta, masyarakat Indonesia. Harapan saya ini dimanfaatkan sebaik mungkin. Kemudian, teknologi seperti ini juga jangan hanya diadakan di Jakarta, di kota besar juga yang membutuhkan people mover dalam skala yang besar. Ini sudah waktunya. Kita siap untuk berbagi pengalaman.
(dim/iil/cr3/JPC)
Rekomendasi Untuk Anda
Sponsored Content
loading...
Demikianlah Artikel Jakarta Menuju Naik Kelas Dalam Bertransportasi
Anda sekarang membaca artikel Jakarta Menuju Naik Kelas Dalam Bertransportasi dengan alamat link https://petuahmuda.blogspot.com/2017/07/jakarta-menuju-naik-kelas-dalam.html
Post a Comment