Header Ads

Pemilu Kehilangan Harkat Karena Hanya Tonjolkan Angka

Pemilu Kehilangan Harkat Karena Hanya Tonjolkan Angka - Hallo sahabat Petuah Muda, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Pemilu Kehilangan Harkat Karena Hanya Tonjolkan Angka, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Pemilu Kehilangan Harkat Karena Hanya Tonjolkan Angka
link : Pemilu Kehilangan Harkat Karena Hanya Tonjolkan Angka

Baca juga


Pemilu Kehilangan Harkat Karena Hanya Tonjolkan Angka

RMOL. Penyelenggaraan pemilihan umum belakangan ini sudah melenceng dari tujuan.

Peneliti Senior Center for Strategic and International Studies (CSIS) J. Kristiadi menjelaskan, rakyat sebagai pemilih hanya dianggap data dan angka, sehingga kemenangan merupakan harga mutlak. Pendidikan politik tidak lagi menjadi tujuan pemilu yang mengakibatkan dehumanisasi alias penghilangan harkat manusia.

Kristiadi mencontohkan, dalam Pemilu 2014 lalu, masyarakat disuguhkan perang opini negatif dari simpatisan serta pendukung masing-masing pasangan capres dan wapres. Di satu sisi, muncul isu bahwa Joko Widodo merupakan keturunan Tionghua dari Singapura. Sebaliknya, pendukung Jokowi menyebut yang melempar isu tersebut sebagai psikopat.

"Inti dari pemilu sebetulnya bukan untuk menentukan siapa yang jadi pemenang dan siapa yang jadi pemimpin. Masyarakat sebagai pemilih berhak mendapatkan pendidikan politik," jelasnya dalam diskusi di kantor Para Syndicate, Kawasan Wijaya, Jakarta, Jumat (11/8).

Lanjut Kristiadi, pemilu juga milik rakyat, makanya masyarakat harus mendapat pendidikan. Semisal, calon presiden nantinya mau memperjuangkan pendidikan agar generasi penerus tidak hanya pintar tetapi punya watak yang baik, atau calon presiden akan mengedepankan petani karena lebih penting.

"Ini kan tidak, ujug-ujug ngompor-ngomporin sana sini. Makanya pemilu itu menjadi dehumanisasi karena yang ditonjolkan itu angka. Kita ini cuma kumpulan angka. Seperti kemarin berebut presidential theshold 20 persen, nol persen, 15 persen. Kita cuma dijadikan angka-angka saja, kan menjadi dehumanisasi," bebernya.

Kristiadi menambahkan, pola-pola yang terjadi di Pemilu 2014 kemungkinan akan berulang kembali. Apalagi, saat ini peta politik dan koalisi parpol sudah bisa digambarkan. Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Demokrat mulai menjalin komunikasi, sementara Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan sudah memantapkan pilihan untuk kembali mengusung Jokowi di Pilpres 2019.

"Berarti kita kembali kepada pertarungan lama. Di pertarungan lama, kalau tidak ada kekuatan media yang menetralisir itu menjadi kekuatan berbau primordial," pungkasnya. [wah]

Sumber: rmol.co


Demikianlah Artikel Pemilu Kehilangan Harkat Karena Hanya Tonjolkan Angka

Sekianlah artikel Pemilu Kehilangan Harkat Karena Hanya Tonjolkan Angka kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Pemilu Kehilangan Harkat Karena Hanya Tonjolkan Angka dengan alamat link https://petuahmuda.blogspot.com/2017/08/pemilu-kehilangan-harkat-karena-hanya_11.html
Powered by Blogger.